Anak Indonesia, Anak GENIUS

oleh Annisa Poedji Pratiwi, M.Psi., Psikolog

 

“Children are the world’s most valuable resources

and its best hope for the future.”

~ Anonymous ~

Pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Pada tahun ini, tema yang diusung untuk memperingati HAN adalah “Anak Indonesia, Anak GENIUS (Gesit, Empati, Berani, Unggul, Sehat)”. Tema ini dipilih agar para anak Indonesia dapat bertumbuh menjadi anak yang sehat, bahagia, dan aman. Nah, lalu apa yang dapat kita lakukan (baik sebagai orangtua maupun orang yang lebih dewasa) untuk membuat anak-anak di sekitar kita menjadi anak GENIUS?

Berikut beberapa tips sederhana yang dapat kita lakukan saat berinteraksi dengan anak-anak, agar mereka tumbuh mejadi pribadi yang GENIUS.

  1. Gesit

Penelitian yang dilakukan oleh Magistro, Bardaglio, dan Rabaglietti (2015) menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar yang baik berpengaruh pada meningkatnya pencapaian akademik anak-anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif, terutama pada mata pelajaran matematika dan pendidikan jasmani. Selain itu, Fernandes dkk. (2016) juga menemukan bahwa kemampuan koordinasi motorik halus yang baik pun berpengaruh pada meningkatnya prestasi akademik & fungsi kognitif anak. Oleh karena itu, ajaklah anak untuk beraktivitas fisik agar perkembangan kemampuan motorik kasar & halusnya optimal. Kemampuan motorik kasar anak dapat ditingkatkan dengan aktivitas lari, melompat, melempar dan menangkap bola, menendang bola, memukul bola tenis dengan raket, atau olahraga. Sedangkan kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan bermain puzzle, susun balok, merangkai manik-manik, menggambar, memasak, bermain alat musik, atau membuat prakarya.

  1. Empati

Dewar (2017) merangkum berbagai penelitian mengenai cara-cara untuk meningkatkan kemampuan empati pada anak, yaitu:

  • Berikan dukungan yang anak butuhkan untuk mengembangkan keterampilan regulasi diri. Ajarkan anak untuk mengakui emosi negatifnya dan ajak anak berbicara mengenai penyebab serta dampak dari emosinya tersebut. Hal ini dapat membantu anak untuk menemukan cara yang konstruktif untuk mengelola emosinya.
  • Ajak anak untuk bertemu dengan orang dari berbagai latar belakang budaya dan belajar mengenai cara hidup mereka dengan berkomunikasi atau beraktivitas bersama.
  • Bacakan dongeng atau cerita berdasarkan kisah nyata untuk mengasah empati anak dan ajaklah anak berdiskusi untuk memperluas sudut pandangnya.
  • Ajak anak untuk melakukan meditasi mindfulness dan meditasi cinta kasih.
  • Bantu anak untuk meningkatkan keterampilan membaca ekspresi wajah. Tunjukkan foto-foto dengan berbagai ekspresi (misal: bahagia, sedih, marah, takut, kaget, dan jijik) dan ajak anak untuk menebaknya atau menirukan ekspresinya.
  1. Berani

Westen (2018) dari Parents Magazine memberikan beberapa tips sederhana untuk melatih anak agar tumbuh menjadi pribadi yang berani, yaitu:

  • Berikan kesempatan dan dorong anak untuk mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri.
  • Berikan tantangan kepada anak untuk mencoba hal-hal baru atau melakukan hal-hal yang mungkin menakutkan bagi anak (misal: mencoba makanan baru, berbicara di depan kelas, memainkan permainan baru atau olahraga). Berikan apresiasi kepada anak saat ia mau mencoba atau berusaha untuk melakukan sesuatu meskipun hasilnya belum sempurna.
  • Bangun relasi yang hangat dengan anak sehingga anak merasa aman dengan orang-orang di sekitarnya.
  • Sebelum bepergian atau beraktivitas dengan anak, berikan informasi mengenai siapa saja yang mungkin nanti akan ditemui anak, ke mana anak akan pergi, bagaimana suasana di tempat tersebut, dan aktivitas apa yang akan dilakukan di sana.
  • Ajak anak melakukan relaksasi napas sebagai cara untuk menenangkan diri saat anak merasa takut atau cemas.
  • Ajak anak bermain petak umpet atau bermain peran agar anak terlatih untuk mengatasi situasi perpisahan dengan figur lekatnya.
  • Mendengarkan anak secara aktif tanpa penilaian atau penghakiman. Refleksikan emosi yang anak rasakan dan dampingi anak untuk menemukan solusi.
  1. Unggul

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan agar anak dapat bertumbuh menjadi pribadi yang unggul, yaitu:

  • Kenali gaya belajar anak (misal: visual, auditori, atau kinestetik).
  • Kenali bakat dan minat anak (misal: seni musik, seni lukis, seni tari, olahraga, bahasa, dsb.)
  • Ajarkan anak untuk dapat mengelola emosinya dengan cara yang tepat (misal: relaksasi napas, meditasi, melakukan hobi, atau bercerita).
  • Terapkan disipilin kepada anak beserta konsekuensinya. Libatkan anak dalam membuat aturan di rumah dan dorong anak untuk menyepakati aturan tersebut (misal: jam belajar, jam bermain, atau hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di rumah).
  • Berikan kesempatan agar anak dapat berlatih mandiri dan bertanggung jawab (misal: merapikan mainan setelah bermain, membereskan kamar tidur, mencuci piring, menyapu, memasak, menyiram tanaman, memberi makan hewan peliharaan, dsb.).
  1. Sehat

Berikut beberapa tips dari Centers for Disease Control and Prevention (2014) agar anak dapat tumbuh dengan sehat dan aman, yaitu:

  • Kenali riwayat kesehatan dan penyakit di dalam keluarga. Pastikan anak telah mendapat imunisasi atau vaksinasi.
  • Kenali tanda-tanda tumbuh kembang anak. Semakin dini anak terdeteksi mengalami hambatan dalam tumbuh kembang (misal: lamban bicara, lamban berjalan, atau kesulitan dalam belajar), semakin banyak cara yang dapat dilakukan para tenaga kesehatan agar tumbuh kembang anak optimal.
  • Pastikan anak tumbuh di lingkungan rumah dan sekolah yang aman. Saat berkendara, berkendaralah dengan aman (misal: gunakan helm atau gunakan sabuk pengaman sesuai dengan usia/ukuran anak). Jauhkan anak dari benda atau zat berbahaya. Waspadai tanda-tanda kekerasan pada anak (misal: kekerasan fisik, emosional, atau seksual). Mintalah bantuan pada teman atau anggota keluarga yang dapat dipercaya untuk mengawasi anak saat anak jauh dari pengawasan orangtua.
  • Sediakan makanan sehat kaya nutrisi. Kenali juga apakah anak memiliki alergi pada makanan tertentu atau berkonsultasilah dengan ahli gizi.
  • Ajak anak untuk aktif secara fisik (misal: bermain atau olahraga).
  • Ajarkan anak untuk merawat dirinya sendiri (misal: menggosok gigi, mencuci tangan sebelum makan, menggunting kuku, dsb.).

Semoga artikel ini dapat membantu Anda dalam berinteraksi dengan anak-anak. Selamat merayakan Hari Anak Nasional.

“While we try to teach our children all about life,

our children teach us what life is all about.”

~ Angela Schwindt ~

hari anak nasional

Referensi

Dewar, G. (2017). Teaching empathy: Evidence-based tips for fostering empathy in children. Diakses di https://www.parentingscience.com/

Fernandes, V. R., Ribeiro, M. L. S., Melo, T., Maciel-Pinheiro, P., Guimarães, Araújo, N. B., Ribeiro, S., & Deslandes, A. C. (2016). Motor coordination correlates with academic achievement and cognitive function in children. Frontiers in Psychology, 7(318), 1-8. doi:10.3389/fpsyg.2016.00318

https://www.cdc.gov/

Magistro, D., Bardaglio, G., & Rabaglietti, E. (2015). Gross motor skills and academic achievement in typically developing children: The mediating effect of ADHD related behaviors. Cognition, Brain, Behavior: An Interdisciplinary Journal, 19(2), 149-163.

Westen, R. (2018). Brave new child: 8 smart ways to teach independence, self-confidence & resilience. Diakses di https://www.parents.com/

Leave a comment